Manusia adalah unsur inti daripada kehidupan. Peningkatan dan pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) sentiasa menjadi isu penting bagi semua organisasi. Bahkan di saat teknologi dianggap sebagai parameter sebuah negara untuk dikatakan maju, SDM tetap menjadi persoalan penting yang diyakini mempengaruhi secara signifikan eksistensi sesebuah negara tersebut dalam peradaban dunia. “The man behind the gun”, begitulah orang barat sana membahasakan betapa pentingnya unsur manusia disamping teknologi. Bagaimanapun canggihnya teknologi itu, ia tidak akan bermanfaat apabila tidak ada manusia yang pandai menggunakannya. Bahkan ia dapat menjadi bencana apabila manusia menyalahgunakannya.
Daripada sini, terdapat dua kata kunci tentang SDM ini.
Pertama, dan ini yang terpenting, adalah persoalan pembentukan keperibadian manusia, sehingga ia tak menyalahgunakan apa pun yang berada ditangannya.
Kedua, peningkatan kemampuan, kompetensi dan capability manusia yang sesuai dengan bakat, minat dan speciality-nya.
Pengembangan yang berlaku dalam teknologi, metodologi atau apa pun tidak akan bererti apa-apa jika ia tidak diiringi dengan peningkatan kemampuan manusianya. Ringkasnya, kita dapat mengatakan bahawa teknologi, metodologi dan sejenis dengannya hanyalah 'tools atau alat' dan manusialah yang menentukan apakah ia bermanfaat atau justeru menjadi bencana.
Dua aspek penting yang terkait SDM, pembentukan keperibadian dan peningkatan kemampuan manusia inilah yang menjadi core kerja tarbiyah kita. Keduanya harus berjalan seiring dan seimbang.
Jadi kerja tarbiyah intinya adalah membentuk keperibadian manusia secara bertahap sehingga menjadi peribadi yang dikhendaki oleh Allah swt dan Rasul-Nya, lalu meningkatkan kemampuannya hingga menjadi kader yang mampu melaksanakan tugas yang diamanahkan kepadanya dalam rangka mengembalikan kejayaan Islam dan kaum muslimin.
Di sinilah letak persoalannya. Tarbiyah merupakan metodologi, cara, sarana, alat atau tools. Tarbiyah memerlukan unsur lain agar dapat diaplikasikan. Kita asume-kan unsur lain itu adalah manhaj, idarah (manajemen), Murabbi dan Mutarabbi.
Mari kita renungkan dengan lebih dalam...
Untuk aspek manhaj, kita sudah memilikinya. Bahkan untuk menjaga ta’shil (orisinalitas) dan mengikuti perkembangan lapangan, manhaj tarbiyah terus di-evaluasi dan di-revisi secara berkala.
Lebih jauh, seluruh kader dapat secara langsung memiliki dan meng-akses manhaj itu karena telah dibukukan. Untuk aspek idarah pun demikian, kader dapat meng-akses sistem itu dengan mudah, apalagi idarah ini bukanlah suatu konsep yang sulit dan rumit bagi rata-rata kader.
Tetapi sebagaimana “kaedah” di awal tulisan ini, betapapun bagus dan lengkapnya manhaj atau idarah yang dimiliki, ia tidak akan bererti apa-apa jika tidak ada yang mampu dan mahu mengaplikasikannya. Jadi, suka atau tidak suka kita harus kembali kepada pentingnya unsur manusia (dalam konteks ini adalah Murabbi dan Mutarabbi) untuk membuat tarbiyah berjalan dengan baik.
Maka, upaya men-revisi manhaj dan idarah harus diiringi dengan upaya penyiapan dan peningkatan kemampuan para Murabbi. Ini karena para Murabbi adalah “The man behind The Manhaj and The Idarah”.
Lalu, siapa yang bertanggung-jawab untuk menyelenggarakan program penyiapan dan peningkatan kemampuan para Murabbi? Ya, jawabannya adalah struktur yang memiliki program tersebut.
Dan siapa yang berada di struktur itu? Manusia juga kan? Maka upaya yang harus dilakukan juga adalah meng-upgrade-kan mereka yang berada di struktur tarbiyah hingga mempunyai kemampuan dan kemahuan melaksanakan program yang menjadi tanggungjawabnya.
Demikianlah persoalan ini akan saling terkait satu dengan lainnya. Tetapi pada intinya, faktor manusia (kader) sentiasa menjadi yang sangat signifikan untuk mempengaruhi keberhasilan dakwah, bersama faktor tools lainnya tadi.
Tengoklah sejarah. Keberhasilan dakwah Rasulullah boleh dikatakan sangat didokong oleh dua faktor SDM, disamping tentu saja faktor bimbingan manhaj Alllah SWT.
Faktor pertama adalah beliau sendiri sebagai SDM Murabbi yang handal, dan faktor kedua yang tak boleh diabaikan, adalah adanya SDM mutarabbi kader-kader yang berkualitas, yang dalam istilah Syaikh Sayyid Quthb disebut sebagai al-Jiil al-Qur’an al-Fariid (Generasi Qur’ani Yang Unik). Itulah Abu Bakr ash-Sidq, Umar bin Khaththab, Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Amr bin Yasir, Abdullah bin Mas’ud dan masih banyak lagi. Merekalah generasi shahabat Rasululllah SAW yang mempersembahkan hidup mati mereka demi tegaknya izzul Islam wal muslimin.
Jadi, jika ingin meraih kembali kemenangan dakwah, kita harus membenahi kader disemua jenjang dan lapisnya. Kader jajaran pimpinan, kader fungsionaris struktur, kader yang berada di lembaga legislatif atau eksekutif, kader kepala daerah, kader birokrat, kader profesional, kader Murabbi dan kader Mutarabbi, semuanya harus dikukuhkan secara terus menerus tarbiyahnya.
Consequency-nya adalah program-program yang berorientasi pada pengokohan tarbiyah kader harus menjadi prioritas kita agar kader memiliki energi yang dahsyat untuk melakukan kerja-kerja dakwah dan agar Allah memberikan pertolongan-Nya. Maka dengan kekuatan kader dan pertolongan Allah, insya Allah dakwah ini akan mengembalikan izzul islam wal muslimin.
Allahu Akbar!
No comments:
Post a Comment