Thursday, September 24, 2009

Islam itu agama aksi, agama gerak.

Saya teringat perkataan Ismail Raji Al-Faruqi, muslim Palestina yang dibunuh oleh orang Yahudi di Amerika, yang mengatakan ,”Islam is a religion of Action” Islam adalah agama aksi. Kata-kata ini sering kali menghentak saya tatkala muncul dalam diri saya sebuah kemalasan, kejenuhan dan kepasifan. Kata-kata ini sering memecut saya untuk bekerja sekuat tenaga agar bisa memenuhi tugas kehambaan, kekhalifahan dan keumatan saya.

Ya, Islam itu agama aksi, agama kerja. Agama gerak. Agama yang menekankan aktivitas dan mencegah pasivitas. Agama Islam adalah agama yang mendorong pemeluknya untuk senantiasa bergerak dan senantiasa bergerak. Beraksi dan senantiasa beraksi.

Seorang muslim diidealkan menjadi orang yang mengalirkan “hidup” bagi siapa yang membutuhkan, yang memberikan cahaya kehidupan bagi mereka yang tersendat
kesulitan. Seorang muslim diharapkan menjadi sosok yang mampu menghidupan gairah kehidupan seseorang, yang mampu menjadikan hidup lebih hidup dan bergairah, lebih semangat dan bermakna, lebih aktif dan sumringah.

Kamus seorang muslim telah kehilangan kosa kata “leha-leha” karena memang telah dengan sengaja dia hapus dari dalamnya. Ensiklopedi seorang muslim tidak memiliki kosa kata pengangguran karena memang ia tidak lagi dibutuhkan.

Seorang muslim menyadari sepenuhnya bahwa dirinya akan bermakna, berharga dan bermartabat jika dari dirinya mengalir karya-karya, jika dari otaknya mengalir ide-ide. Dia tidak akan pernah merasa nyaman untuk menjadi manusia lemah, manusia loyo. Sebab sikap lemah dan loyo tidak selevel dengan identitas keislamannya. Dia tidak pernah membiarkan waktunya lewat dengan leha-leha. Sebab leha-leha dan bermalas-malas, puas dengan kebodohan, rela dengan kehinaan, tidak bangkit untuk mencapai
nilai-nilai mulia, semua adalah bibit-bibit ganas penghancur semangat, kehinaan jiwa, kebekuan emosi. Ini merupakan hubungan nasab yang bergabung dengan bibit lainnya yang masih sesusuan menyia-nyiakan waktu, berpencar-pencarnya semua semangat dan bercerai-cerainya perhatian.

Seorang mukmin akan senantiasa mengisi detik-detiknya, menit-menit dan jam-jamnya dengan kerja-kerja yang bermanfaat, dengan amal-amal saleh yang menembus gelap. Dia sadar bahwa kerjalah yang mengantarkan umat Islam mampu mencapai kemuliaan. Kerjalah yang mengantarkan umat Islam mampu membangun peradaban, kerjalah yang membuat umat Islam mampu melahirkan para pahlawan, kerjalah yang membuat umat Islam mampu melahirkan para ilmuwan. Sejarah keemasan bangsa-bangsa manapun pasti dibarengi dengan anak-anaknya yang suka bekerja. Mereka membangun martabat, bangsa, budaya, peradaban dan kemanusiannya dengan kerja keras, banting tulang dan putar otak.

Kita dapatkan sebuah perintah tegas Allah dalam Al-Quran agar Rasulullah memerintahkan umatnya untuk bekerja keras karena kerja-kerja mereka akan dilihat oleh Allah dan akan dilihat oleh Rasulullah dan kaum mukminin :

وَقُلِ اعْمَلُواْ فَسَيَرَى اللّهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُولُهُ وَالْمُؤْمِنُونَ وَسَتُرَدُّونَ إِلَى عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ ﴿١٠٥﴾

Dan katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang gaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan" (At-Taubah : 105).

Tak ada pilihan lain bagi kita agar kita agar bisa eksis dan dihormati oleh bangsa-bangsa lainnya kecuali dengan menggenjot spirit kerja keras kita pada titik optimum dan maksimal. Tidak ada pilihan lain bagi kita selain memaksimalkan semangat kita untuk memberikan kontribusi sekecil apapun yang bisa kita lakukan demi umat manusia. Kontribusi kita adalah benih yang suatu hari bisa dipetik hasilnya, meskipun bukan oleh tangan kita.

Mainkan seluruh potensi kita, up grade energi semangat melayani, dan tampakkan pada dunia bahwa Islam dan kaum muslimin adalah manusia kerja yang mengharapkan ridha Tuhannya. Lalu katakan : Labora ergo sum (aku bekerja maka aku ada).


Saturday, September 5, 2009

Memahami Ibadah Puasa

Rukun Islam yang kedua ialah puasa. Apakah puasa? Apabila sembahyang dikerjakan lima kali seharisemalam, maka puasa dikerjakan pada suatu masa selama sebulan penuh dalam setahun. Apabila datang bulan Ramadhan, anda menahan diri daripada makan dan minum sejak fajar sampai ke petang.

Pada waktu anda sedang makan dan minum, apabila Subuh mulai mencerah dan anda mendengar azan, serentak hendaklah anda menahan tangan anda daripada makan dan minum. Selepas itu, jika makanan yang lazat dan minuman yang menggiurkan terhidang di hadapan anda, anda tidak akan mendekatinya sehingga terbenam matahari. Di sepanjang masa ini - sejak fajar hingga maghrib - janganlah anda meminum seteguk air pun, dan janganlah menelan sepotong makanan pun.

Tetapi pelarangan makan dan minum tidaklah berkepanjangan melainkan hingga suatu masa yang tertentu. Apabila matahari terbenam dan anda mendengar azan maghrib hendaklah anda segera berbuka. Dan pada malam itu anda boleh makan dan minum mengikut yang patut dan baik.

Fikirlah! Apakah yang anda lakukan itu? Tak diragukan bahawa latarbelakangnya adalah takut kepada Allah Ta’ala, yakin bahawa ia mengetahui dan melihat, iman akan Hari Akhir dan akan kehadiran di mahkamah Allah, ta’at yang kuat kepada A1-Qur’an dan kepada Rasul, perasaan kuat Untuk menunaikan kewajipan, menguji kesabaran dan ke sanggupan untuk mengalahkan hawa nafsu.

Bulan Ramadhan mendatangi anda setiap tahun. Ia berusaha mendidik anda selama tiga puluh hari penuh untuk mempunyal sifat dan akhlaq yang tinggi. Sehingga jadilah anda Muslim yang sungguh-sungguh sempurna. Dan dengan sifat dan akhlaq ini jadilah anda mampu mengekalkan ibadat yang hakiki yang wajib ditunaikan oleh seorang Muslim pada setiap detik hidupnya.

Kemudian, Allah Ta’ala tidak mewajibkan puasa ke atas semua orang Muslim melainkan pada bulan yang satu itu sahaja. Pada bulan itu mereka semua hendaklah melakukan puasa tanpa perbezaan. Di situ juga dijumpai banyak manafa’at.

Apabila datang bulan Ramadhan, seluruh masyarakat Muslimin diingkupi oleh udara kesucian, kebersihan, keimanan, takut akan Allah, ta’at kepada hukumNya, kelembutan akhlaq dan amal-amal baik. Dan tertutuplah pasaran perbuatan mungkar. Penyebaran kebaikan dan keindahan menjadi umum. Hamba-hamba Allah yang salih bertolong tolongan sesama mereka untuk melakukan perbuatan baik dan memberi kebaikan. Penjahat-penjahat pun mulai merasa malu mengerjakan yang mungkar.

Pada orang kaya timbul perasaan hendak menolong saudara mereka yang fakir miskin. Mereka membelanjakan harta pada jalan Allah. Jadilah seluruh Kaum Muslimin dalam keadaan yang sama. Dalam hati mereka tumbuh perasaan bahawa mereka seluruhnya adalah satu kelompok. Dan ini adalah jalan yang mantap untuk menumbulkan dalam diri mereka perasaan kasih sayang, persaudaraan, tolong-menolong dan persatuan.

Semua manfa’at ini kembali ke atas diri kita juga. Tuhan tidak mengambil faedah dan pelaparan kita. Ia tidak mewajibkan kita berpuasa Ramadhan melainkan bagi kemaslahatan kita. Barang siapa yang tiada menunaikan kewajipan ini tanpa sesuatu sebab sesungguhnya mereka telah menzalimi diri sendiri.

Banyak di antara mereka yang sedikit perasaan malunya dan keji jalan yang ditempuhnya. Mereka itulah orang-orang yang makan dan minum dalam bulan Ramadhan terang terangan tanpa segan dan malu. Seolah-olah mereka hendak menunjukkan-bahawa kita ini bukan dan jama’ah Muslimin, dan kita tidak berhias dengan hukun-hukum agama Ummat Muslimin itu.

Bahkan kita ini termasuk di antara orang-orang yang tidak merasa berat untuk meninggalkan jama’ah Kaum Muslimin dan tiada merasa malu untuk menjauhi Pencipta dan Pemberi rezki, dan termasuk orang-orang yang tiada merasa salah menentang undang-undang yang diwajibkan ke atas mereka oleh pemimpin besar s.’a.w.

Bagaimanakah boleh diharap dan mereka ini penunaian janji, amanah, akhlaq, perasaan akan kewajipan dan memeliharakan undang undang?!.